Ngapain Kuliah?
assalamualaikum...
udah tiga bulan hengkang dari blog ini entah sibuk entah mager,
mereka semua yang menghambatku untuk menulis. Ide kali ini menulis sebuah
keluh kesah menuju kisah "kuliah".
Beawal dari pemilihan jurusan, untuk ada dititik ini aja, aku udah diresahkan sama pola pikir extra ribet, aku harus mikir tujuan kuliah ku ini buat apa sebernernya? entah untuk masa depan finansial keluarga, atau untuk bales budi ke orang tua atau yang ekstrem lagi ngikutin standar masyarakat yang berfikir kalo jurasan A lebih bikin orang sukses
dari pada jurusan B. ngerti aja kan netizen mikirnya gimanaaa? *Seakan-akan yang nentuin takdir itu netizen. Hal yang
makin buat resah adalah orang tua yang gak kasih paksaan apa-apa untuk masuk kuliah, tapi dengan syarat kuliahnya harus menjanjikan. Jadi aku harus buat planning kedepan sama jurusan yang aku pilih supaya bisa ngeyakinin mereka, Khan Susah cuy!
Jadi, bermula dari nentuin tujuan apa yang aku ambil buat kuliah?, keputusan yang akhirnya diambil itu "rasa care ke orang tua dimasa tuanya" hal karena aku sendiri anak terakhir yang paling nyusahin hehe, dari SMA udah hengkang dari rumah, jadi quality time jarang banget. selain itu, aku berangagapan kalo dimasa senja orang tua itu bukan cuma mau dirawat dengan materi, tapi juga dengan rasa care dari anaknya yang mereka butuhkan. Dalam dekade ini, dunia seakan mencetak anak-anak pemburu uang yang secara halus melupakan orang tuanya. mereka, berfikir kalo uang sangat penting untuk menggapai apapun. tetapi mereka secara gak sadar mengesampingkan waktu untuk berkumpul dengan keluarga. parahnya lagi hal ini bisa menjadi "ketamakan manusia" sampai bisa timbul perang keluarga. tujuan awal yang sebenarnya manis, bisa berubah menjadi kepalsuan untuk menutupi ambisi nafsu dunia. hal buruk dapat terjadi dalam keluarga seperti keluarga yang tidak harmonis, orang tua yang kesepian, pertengkaran masalah waktu, kejenuhan, perselingkuhan, rebut harta, dan parahnya lagi berujung saling membunuh fisik ataupun batin. Itu adalah ketakutan sekaligus alasan kenapa aku buat tujuan kuliah.
Jadi, bermula dari nentuin tujuan apa yang aku ambil buat kuliah?, keputusan yang akhirnya diambil itu "rasa care ke orang tua dimasa tuanya" hal karena aku sendiri anak terakhir yang paling nyusahin hehe, dari SMA udah hengkang dari rumah, jadi quality time jarang banget. selain itu, aku berangagapan kalo dimasa senja orang tua itu bukan cuma mau dirawat dengan materi, tapi juga dengan rasa care dari anaknya yang mereka butuhkan. Dalam dekade ini, dunia seakan mencetak anak-anak pemburu uang yang secara halus melupakan orang tuanya. mereka, berfikir kalo uang sangat penting untuk menggapai apapun. tetapi mereka secara gak sadar mengesampingkan waktu untuk berkumpul dengan keluarga. parahnya lagi hal ini bisa menjadi "ketamakan manusia" sampai bisa timbul perang keluarga. tujuan awal yang sebenarnya manis, bisa berubah menjadi kepalsuan untuk menutupi ambisi nafsu dunia. hal buruk dapat terjadi dalam keluarga seperti keluarga yang tidak harmonis, orang tua yang kesepian, pertengkaran masalah waktu, kejenuhan, perselingkuhan, rebut harta, dan parahnya lagi berujung saling membunuh fisik ataupun batin. Itu adalah ketakutan sekaligus alasan kenapa aku buat tujuan kuliah.
Tujuan kuliah udah beres, langkah
pusing berikutnya adalah menyesuaikan jurusan. jauh dari sebelum tujuan itu terbentuk, aku memilih jurusan
sesuai hobiku aja, cita-citaku dari SD untuk
bisa jadi mahasiswi seni pertunjukan ISI Jogja, tapi hal itu sebenernya udah jauh banget dari tujuanku
dan ditambah lagi larangan keras dari orangtua yang menganggap jurusan itu gak jelas terus bisa "bikin aku jauh dari agama", karena kehidupan seni yang cenderung bebas. emang bener si.
Dalam perang batin, aku memutuskan planing dengan memilih jurusan lain yang kuliahnya cepet tapi gajinya gede, pilihanku jatuh ke "STAN", kuliah ini emang menjanjikan banget untuk segi finansial ditambah lagi aku punya temen seperjuangan yang bisa saling dukung. inget bgt dulu rela-rela ngejar segala seminar try out STAN, tapi dipertengahan jalan aku berhenti lanjut ke STAN atas alasan khusus yang gak bisa aku ceritakan ke blog ini.
Akhirnya aku mencari alternatif lain yang melenceng dari pilihan awal, aku milih "kesehatan", awalnya aku memilih "dokter", yang udah jelas banget bisa ngerawat orang tua dengan baik dan kalian tau sendirikan di indonesia profesi ini udah populer tingkat atas. Profesi ini tuh udah jadi standar masyarakat banget deh kalo mau dapet kesuksesaan yang besar.
Dalam perang batin, aku memutuskan planing dengan memilih jurusan lain yang kuliahnya cepet tapi gajinya gede, pilihanku jatuh ke "STAN", kuliah ini emang menjanjikan banget untuk segi finansial ditambah lagi aku punya temen seperjuangan yang bisa saling dukung. inget bgt dulu rela-rela ngejar segala seminar try out STAN, tapi dipertengahan jalan aku berhenti lanjut ke STAN atas alasan khusus yang gak bisa aku ceritakan ke blog ini.
Akhirnya aku mencari alternatif lain yang melenceng dari pilihan awal, aku milih "kesehatan", awalnya aku memilih "dokter", yang udah jelas banget bisa ngerawat orang tua dengan baik dan kalian tau sendirikan di indonesia profesi ini udah populer tingkat atas. Profesi ini tuh udah jadi standar masyarakat banget deh kalo mau dapet kesuksesaan yang besar.
Tapi, terlintas dipikiran kalo dokter
itu kuliahnya maruk waktu, pikiran, dan tentunya gak murah. bapak seorang petani yang tenaganya semakin lama merosot dan ibuku sebentar lagi jadi pensiunan, kalo maksain diri sama aja aku meras keadaan. lagi pula aku udah coba cari tau kalo profesi ini untuk 20 tahun kedepan belum tentu
menjanjikan. soalnya banyaknya kampus yang menyediakan jurusan ini, hal ini gak sebanding
dengan jumlah rumah sakit yang ada. Masa kerja setiap dokter itu lama, ditambah lagi
adanya sistem MEA yang memungkinkan dokter
asing yang lebih berkompeten bisa banget masuk ke Negara ini, jadi persaingan
semakin ketat. kalo gak gigih ya pasti mampus. mungkin jalan tengahnya adalah buka klinik.
jadi aku memutuskan untuk cari alternatif jurusan dan aku milih “fisioterapi”, karena masih jarang dan ada dilingkup kesehatan. pemilihan snmptn aku ambil jurusan fisioterapi Unhas, aku ngambil fisioterapi disana soalnya jurusan fisio terbaik ada di Unhas. Mesin prediksi di bimbel bilang kalo aku bisa lulus jurusan itu dengan “prediksi 95% LULUS” y. Ternyata setelah pengumuman hasilnya menyatakan “aku gagal”.
jadi aku memutuskan untuk cari alternatif jurusan dan aku milih “fisioterapi”, karena masih jarang dan ada dilingkup kesehatan. pemilihan snmptn aku ambil jurusan fisioterapi Unhas, aku ngambil fisioterapi disana soalnya jurusan fisio terbaik ada di Unhas. Mesin prediksi di bimbel bilang kalo aku bisa lulus jurusan itu dengan “prediksi 95% LULUS” y. Ternyata setelah pengumuman hasilnya menyatakan “aku gagal”.
kuliahku berujung di jurusan okupasi terapi. Bingungkan?. *Cerita coming soon
Kisah ini buat kaseadaran diri, kalo Tuhan ngasih penentuan kuliah dengan liku yang “cukup”. Cukup kecewa, cukup marah, cukup kesal, cukup sadar,
cukup nerima, cukup jalani, dan cukup bersyukur. Berbulan-bulan aku berjalan dijurusan OT ini dengan rasa cukup, sampai aku nemuin celah yang ternyata adalah "jalan pintas" untuk sampai ke tujuanku yang sebenarnya. Sekumpulan cukup itu berubah menjadi “Pas” setelah dibatin ada ikhlas. Ternyata benar Tuhan sangat tepat memberikanku jalan menuju
tujuanku dengan jurusan yang “pantas”.
“…Boleh jadi kamu tidak menyenangi
sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal
tidak baik bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” QS : Al-Baqarah :216
Jurusanku asing ya?, ceritanya ntaran aj.
Assalamu’alaikum.
Assalamu’alaikum.
Komentar
Posting Komentar